Senin, 23 Mei 2016

Berkurangnya Peran Orang Tua dimasa Kanak-kanak Tengah-Akhir

Masa kanak-kanak tengah akhir merupakan masa dimana anak mulai mengenyam pendidikan. mereka mulai mengenal banyak teman. Kegiatan anak banyak dilakukan di luar rumah daripada di dalam rumah. Karena mereka mulai mengenal asyiknya dunia luar, pastinya mereka lebih menikmatinya. Namun hal ini tidak bisa disalahkan, karena ini merupakan salah satu tugas perkembangan untuk mereka.
Meskipun peran orang tua semakin berkurang pada masa ini, perlu diingatkan bagi orang tua jangan sampai lengah dengan tugasnya, untuk selalu memberi perhatian dan mengontrol perilaku anak. Memberikan arahan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena pada masa ini anak mudah terpengaruh dan penasaran dengan hal-hal baru yang ia ketahui di luar sana, dan tidak semua yang ia dapat mengandung hal positif. Jika orang tua lengah dengan tugasnya, dampaknya akan sangat buruk terhadap masa depan anak.
Sekarang ini banyak terjadi perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak, misalnya pencurian, meniru hal-hal yang tidak senonoh.,dsb. Maka dari itu orang tua harus lebih berhati-hati dan selalu memberikan perhatian lebih kepada anak meskipun anak lebih sering diluar rumah. 

Senin, 16 Mei 2016

Teori Operasional Konkret Piaget


Menurut Piaget (1967), pemikiran anak prasekolah adalah praoperasional. Pemikiran praoperasional meliputi pembentukan konsep-konsep yang tetap, penalaran mental, dan penonjolan sikap egosentrisme. Pemikiran selama tahun-tahun prasekolah masih belum sempurna dan tidak terorganisasi dengan baik. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional konkret tidak tampak hingga usia 7 tahun, tetapi pada usia 8 tahun yang diperkirakan saat seorang anak duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar.
Pemikiran operasional konkret menurut Piaget terjadi saat anak berusia 7-12 tahun. Operasional konkret terdiri dari operasi-operasi, tindakan-tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya. Operasi-operasi konkret juga adalah tindakan-tindakan mental yang sebaliknya atau bertentangan. Operasional konkret anak memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi dan klasifikasi. Operasional konkret membuat anak membutuhkan ketersediaan dukungan-dukungan perseptual untuk bernalar yang pada perkembangan selanjutnya pemikiran menjadi lebih abstrak.
Dalam suatu tes yang terkenal tentang operasional konkret, seorang anak diberi dua buah bola lilin yang identik. Peneliti menggulung satu bola menjadi menjadi satu bentuk yang panjang dan tipis. Bola yang satu lagi masih berbentuk asli. Kemudian anak ditanya, apakah lebih banyak lilin yang berada di dalam bola atau di dalam potongan lilin yang panjang dan tipis tersebut? Ditemukan bahwa pada anak-anak yang berusia 7 atau 8 tahun, jawaban yang paling banyak diberikan adalah sama. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, seorang anak harus membayangkan bahwa bola lilin digulung menjadi suatu bidang yang panjang, tipis, dan kemudian dikembalikan ke bentuk aslinya yang bundar. Oleh karena itu, operasional konkret dikatakan sebagai suatu tindakan mental yang bertentangan terhadap objek-objek yang nyata dan konkret.
Pada operasional konkret, dimungkinkan seorang anak mengkoordinasikan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal pada suatu objek. Pada operasional konkret, dikatan juga, bahwa seorang anak sudah dapat memahami sudut pandang orang lain (mengerti maksud dari perkataan orang lain) dan semakin sedikit membuat kesalahan logika.

Minggu, 08 Mei 2016

Perjuangan Kalian Begitu Berarti untuk Negeri Ini

Semangat sang relawan berkobar diiringi keikhlasan dari lubuk hati yang paling dalam untuk berbagi pengalaman dan menjadi inspirasi untuk negeri ini. Ya,, mereka adalah para inspirator dari mahasiswa mahasiswi PAI UIN Maliki 2015. Mereka berbondong-bondong menuju suatu tempat sekolah satu atap yaitu SDN 03 Bocek dan SMPN 04 Karangploso, Malang. Suasana yang sejuk dan pemandangan yang indah membuat mata terbuka dan mensyukuri nikmat Tuhan yang Maha Kuasa mengiringi perjalanan mereka menuju sekolah satu atap ini.
Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh para warga sekolah di sana. Para inspirator ini mengajarkan jargon dan juga yel-yel untuk menumbuhkan semangat para siswa. Selain itu yang tak kalah penting adalah memberikan inspirasi kepada mereka untuk dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang tinggi dan dapat menggapai cita-cita yang tinggi pula. Memang ketika ditanya apa cita-cita mereka, kebanyakan dari siswa SD yang masih polos ini menjawab bercita-cita menjadi petani. Mungkin itu adalah pengaruh lingkungan dan juga pekerjaan orang tua.
Begitu pula siswa-siswi SMP, ketika ditanya apakah ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mereka masih terlihat ragu dalam menjawab. Kebanyakan dari siswi SMP di daerah itu setelah lulus nanti mereka menikah dan membangun rumah tangga di usianya yang masih muda. Sepertinya mereka masih sangat awam akan pentingnya pendidikan. Selain itu keadaan ekonomi yang kurang mendukung turut serta dalam masalah ini. Padahal saat ini pendidikan sekolah wajib diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena dengan mengenyam pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Namun dalam kenyataannya sekarang ini masih banyak orang yang belum dapat mengenyam pendidikan sekolah yang lbih tinggi karena faktor ekonomi.
Para inspirator ini tak henti-hentinya memberikan pengarahan  agar mereka terinspirasi dan dapat menjadi insan yang lebih baik, yang bisa menghantarkan negeri ini menjadi negeri yang maju dan unggul dalam segala hal.

Perjuangan kalian begitu berharga kawan, menjadi inspirator pendidikan di negeri kita tercinta ini.

Selasa, 03 Mei 2016

WASPADALAH TERHADAP TELEVISI!!

Anak-anak dan televisi merupakan dua komponen yang sulit untuk dipisahkan. Mereka adalah perpaduan yang sangat kuat. Tak banyak hal lain dalam kebudayaan manusia yang mampu menandingi kemampuan televisi dalam menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka.
Terlalu banyak menonton TV ini membuat anak  enggan berolahraga, karena waktu senggang yang seharusnya bisa digunakan untuk olahraga diisi dengan menonton TV. Kebiasaan mereka duduk ataupun berbaring yang terlalu lama tidak diimbangi dengan olahraga ini juga akan menurunkan metabolisme yang berakibat pada kesehtan tubuh. Dan juga kebiasaan menonton  TV  dengan jarak yang terlalu dekat ini pun juga akan merusak mata.
Selain itu, kebisaan menonton TV yang dilakukan dengan waktu tidur dapat membuat pikiran anak terstimulasi, cukup untuk membuat mereka terjaga dan kehilangan waktu tidurnya yang berharga beberapa jam. Dan pemotongan waktu tidur ini dapat mengarah kepada meningkatnya berat badan dan resiko hiperteni, karena metabolisme tubuh tidak memiliki cukup kesempatan untuk bekerja memperbaiki diri.

Dengan berbagai dampak buruk bagi anak kita tersebut sehaarusnya membuat kita semakin waspada dan berhati-hati dengan TV.